Jumat, 15 Januari 2016
Kamis, 14 Januari 2016
Pikiran Yang Terbuka
Hati seperti Rambut
Ada dua jenis karakter rambut yang tumbuh di kepala manusia.
Ada orang yang punya karakter rambut sulit diatur, seolah rambut itu punya
kehendak sendiri. Seberapa pun besarnya usaha yang dilakukan untuk menatanya,
sebesar itu pulalah penolakan yang ditunjukkan rambut itu. Mereka akan selalu
kembali ke posisi semula. Pake gel or hair spray memang sedikit membantu, tapi
begitu efeknya hilang, eh balik kribo lagi. Udah diplontosin, eh begitu tumbuh
jadi jabrik lagi. Ngeselin banget. Tapi beda lagi ama orang-orang yang punya
karakter rambut yang mudah diatur. Si pemilik bisa bebas mengatur rambutnya
menurut yang ia suka. Rambut seperti ini ngerti banget siapa majikannya, apa
keinginannya, dan selalu dengan senang hati bersedia diatur. Dan biasanya nih,
sifat rambut seperti ini lebih banyak memberi hasil (tatanan rambut) yang
mengagumkan.
Tipe hati dan karakter manusia juga seperti itu. Ada manusia
yang hidup oleh kehendak-Nya sendiri dan nggak mau diatur. Alkitab mencoba
menggambarkan kondisi orang-orang itu seperti seekor kuda ato bagal yang nggak
berakal (Ay.9). hidupnya cenderung liar, egois, dan sama sekali nggak mau
ngedengerin nasihat orang lain, apalagi firTu. Itu sebabnya, untuk orang-orang
seperti ini, Tuhan memakai tali les dan kekang untuk bisa ngendaliin
sifat-sifat buruknya. Tuhan tahu kalo orang seperti ini dibiarkan, maka udah
pasti ia akan berada di jalan yang salah, dan itu sangat berbahaya. Karena itu
Dia mau menolong kita dengan mengontrol hidup kita dan nunjukin jalan yang benar
dan harus kita tempuh.
Frenz, Tuhan pengen mendapati hati kita lemah lembut dan mau
berserah kepada-Nya. Berserah kepada Tuhan tuh nggak nunjukin kalo kita orang
yang lemah. Sebaliknya, waktu kita berserah sama kehendak Tuhan, hal itu akan
membuat hidup kita semakin kuat. So, coba deh periksa hati kita masing-masing:
apakah kita punya hati yang lembut ato keras? Hati yang lembut tuh selalu mau
dengerin nasihat firTu dan orang lain serta mau ditegur waktu salah jalan. Ia tahu
dan sadar benar bahwa berserah sama kehendak Tuhan tuh selalu merupakan pilihan
terbaik yang akan membawanya pada hidup yang lebih baik. *Sys
Kamis, 07 Januari 2016
Rabu, 06 Januari 2016
Kisah Perjuangan
Mengisahkan tentang Perjuangan
seorang anak yang pernah mendapat penghargaan besar dalam hidupnya.
Kisah ini cukup sedih dan bisa disebut mengharukan karna pesan didalamnya sangat menyentu para pembaca. menceritakan tentang Kasih seorang anak terhadap ayahnya dan tetap setia sampai selamanya.
ZhangdaSeorang anak di China pada 27 Januari 2006 mendapat penghargaan tinggi dari pemerintahnya karena dinyatakan telah melakukan “Perbuatan Luar Biasa”. Diantara 9 orang peraih penghargaan itu, ia merupakan satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar penduduk China.
Yang membuatnya dianggap luar biasa ternyata adalah perhatian dan pengabdian pada ayahnya, senantiasa kerja keras dan pantang menyerah, serta perilaku dan ucapannya yang menimbulkan rasa simpati.
Sejak ia berusia 10 tahun (tahun 2001) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.
Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai.
Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.
Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan Papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.
Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah.
Dari rumah sampai sekolah harus
berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah
itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui.
Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.
Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.
Hidup seperti ini ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. Zhang Da merawat Papanya yang sakit. Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya.
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri papanya. Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.
Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi / suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa mampu, ia nekat untuk menyuntik papanya sendiri. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah terampil dan ahli menyuntik.
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya:
“Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu..?
Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah..?
Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu..!”
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa.
MC pun berkata lagi kepadanya,
“Sebut saja, mereka bisa membantumu”.
Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar ia pun menjawab,
“Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah..!”
Semua yang hadir pun spontan menitikkan air mata karena terharu. Tidak ada yang menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya..?
Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit..? Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, pasti semua akan membantunya.
Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau Mama kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.
Kisah di atas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman. Seorang anak berusia 10 tahun dapat menjalankan tanggung jawab yang berat selama 5 tahun. Kesulitan hidup telah menempa anak tersebut menjadi sosok anak yang tangguh dan pantang menyerah.
Zhang Da boleh dibilang langka, karena sangat berbeda dengan anak-anak modern. Saat ini banyak anak yang segala sesuatunya selalu dimudahkan oleh orang tuanya. Karena alasan sayang, orang tua selalu membantu anaknya, meskipun sang anak sudah mampu melakukannya.
Sumber: http://ibuhamil.com/ngobrol-apa-saja/36735-kisah-mengharukan-jangan-lupa-ambil-tissue-dulu-bun-siap2-buat-nangis.html
Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan.
Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.
Hidup seperti ini ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. Zhang Da merawat Papanya yang sakit. Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya.
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri papanya. Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli.
Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi / suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa mampu, ia nekat untuk menyuntik papanya sendiri. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah terampil dan ahli menyuntik.
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya:
“Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu..?
Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah..?
Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu..!”
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa.
MC pun berkata lagi kepadanya,
“Sebut saja, mereka bisa membantumu”.
Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar ia pun menjawab,
“Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah..!”
Semua yang hadir pun spontan menitikkan air mata karena terharu. Tidak ada yang menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya..?
Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit..? Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, pasti semua akan membantunya.
Mungkin apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau Mama kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.
Kisah di atas bukan saja mengharukan namun juga menimbulkan kekaguman. Seorang anak berusia 10 tahun dapat menjalankan tanggung jawab yang berat selama 5 tahun. Kesulitan hidup telah menempa anak tersebut menjadi sosok anak yang tangguh dan pantang menyerah.
Zhang Da boleh dibilang langka, karena sangat berbeda dengan anak-anak modern. Saat ini banyak anak yang segala sesuatunya selalu dimudahkan oleh orang tuanya. Karena alasan sayang, orang tua selalu membantu anaknya, meskipun sang anak sudah mampu melakukannya.
Sumber: http://ibuhamil.com/ngobrol-apa-saja/36735-kisah-mengharukan-jangan-lupa-ambil-tissue-dulu-bun-siap2-buat-nangis.html
Selasa, 05 Januari 2016
Keajaiban
*KISAH NYATA*
Ada seorang anak kecil kelas 4 SD yang selalu mengucap syukur
dalam keadaan apapun. Ia tinggal di suatu desa Milaor, Camarines Sur,di Negara
Filipina. Setiap hari untuk sampai ke sekolahnya ia harus berjalan kaki
melintasi daerah yang tanahnya berbatu dan menyeberangi jalan raya yang
berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang. Setiap kali berhasil
menyeberangi jalan raya tersebut, Andoy selalu mampir sebentar ke Gereja untuk
berdoa. Tindakannya ini diamati oleh Pdt. Agaton. Karena merasa terharu dengan
sikap Andoy yang lugu dan beriman tersebut. Suatu hari ketika Andoy hendak
masuk ke Gereja Pdt. Agaton menyapanya.
Bpk. Pdt : "Selamat pagi Andoy, apa kabarmu? Apakah kamu
akan ke sekolah?"
Andoy : "Ya, Bapa Pendeta!" balas Andoy sambil tersenyum.
Bpk.Pdt : "Mulai sekarang saya akan membantu dan menemani kamu menyeberangi jalan raya tersebut setiap kali kamu akan menyeberang.
Andoy : Terima kasih, Bapa Pendeta."
Bpk. Pdt : "sekarang apa yang akan kamu lakukan?"
Andoy : "Aku hanya ingin menyapa Tuhan Yesus... sahabatku."
Andoy : "Ya, Bapa Pendeta!" balas Andoy sambil tersenyum.
Bpk.Pdt : "Mulai sekarang saya akan membantu dan menemani kamu menyeberangi jalan raya tersebut setiap kali kamu akan menyeberang.
Andoy : Terima kasih, Bapa Pendeta."
Bpk. Pdt : "sekarang apa yang akan kamu lakukan?"
Andoy : "Aku hanya ingin menyapa Tuhan Yesus... sahabatku."
Lalu Pendeta itu segera meninggalkan Andoy untuk melewatkan
waktunya bersama Tuhan, tapi kemudian Pdt. Agaton bersembunyi dibalik altar
untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andoy.
Andoy mulai berbicara kepada Sahabatnya
Andoy mulai berbicara kepada Sahabatnya
Andoy : "Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini
sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun teman2ku yang lain
melakukannya. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah
kue ini.Terima kasih buat kue ini Tuhan!. aku tadi melihat anak kucing malang
yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku
nggak begitu lapar.
Lihat, ini sepatuku yang terakhir..mungkin minggu depan aku
harus berjalan tanpa sepatu. Engkau tahu Tuhan sepatu ini akan rusak, tapi tak
mengapa..yang terpenting aku tetap dapat pergi ke sekolah.
TuhanKu kata orang-orang kami akan mengalami musim panen yang
susah bulan ini, karena itu beberapa temanku sudah berhenti sekolah. tolong
bantu mereka supaya bisa sekolah lagi.
Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Sakit sekali, tetapi
aku bersyukur karena masih memiliki seorang ibu. Dan rasa sakit ini pasti akan
hilang. Lihatlah lukaku ini Tuhan ??? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya,
disini bekas lukanya (Andoy memegang bekas lukanya) Tolong jangan marahi Ibuku
ya..??? memang dia sedang lelah dan kuatir memikirkan kebutuhan makanan juga
biaya sekolahku .. Itulah mengapa dia memukulku.
Oh ya..Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada
seorang gadis yang cantik dikelasku, menurutMu apakah dia akan menyukaiku?
Ah..bagaimanapun juga aku tahu bahwa Engkau tetap menyukaiku
karena aku tidak perlu menjadi siapapun untuk menyenangkan hatiMu. Engkau
adalah sahabatku.
Hei.. Tuhan temanku, ulang tahunMu tinggal dua hari lagi,
apakah Engkau gembira? Tunggu saja aku punya hadiah untukMu. tapi ini kejutan
dan Aku harap Engkau menyukainya.Ooops aku harus pergi sekarang. Selamat
siang"
Kemudian Andoy segera berlari keluar dan memanggil Pendeta
Agaton.
Andoy : "Pak Pendeta..pa Pendeta..aku sudah selesai
berbicara dengan Sahabatku, Tuhan Yesus, skarang anda bisa menemaniku
menyeberang jalan!
Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andoy tidak pernah
absen sekalipun.
Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya
setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat iman dan kepercayaan yang
murni kepada Allah dan bersyukur saat situasi yang sulit terjadi seperti yang
dimiliki Andoy.
Saat hari Natal tiba, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia
tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Pengelolaan Gereja
diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum, mereka selalu
menyalahkan segala sesuatu yang diperbuat orang lain.
Hari itu tgl. 25 Desember ketika 4 wanita tua tadi sedang
berada di gereja tiba-tiba masuklah Andoy dan hendak menyapa Sahabatnya.
Andoy: "Halo Tuhan..Aku ...'
4 Wanita : "Kurang ajar kamu bocah !!! Apakah matamu tidak melihat kami sedang berdoa ??!!! Keluar.!!!"
4 Wanita : "Kurang ajar kamu bocah !!! Apakah matamu tidak melihat kami sedang berdoa ??!!! Keluar.!!!"
Andoy begitu terkejut, karena tidak pernah ia diusir oleh
Pdt.Agaton.
Andoy: "Dimana Bapa Pendeta? Dia seharusnya membantuku
menyeberangi jalan raya.. dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang
Gereja. tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Sahabatku, hari ini adalah hari
ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya ."
Ketika Andoy hendak mengambil hadiah tersebut dari dalam
bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerah bajunya dan mendorongnya
keluar. Andoy sedih, bigung dan setelah berpikir sebentar ia tidak mempunyai
pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya tersebut.
Di situ ada sebuah tikungan yang tidak terlihat pandangan, sebuah
bus melaju dengan kencang dan Andoy mulai menyeberang sambil melindungi hadiah
tadi di dalam bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tadi. Tiba-tiba
brakkk ... (terdengar bunyi gaduh dan bus tadi berhenti mendadak) Apa yang
terjadi? ternyata karena tidak bisa menghindari bus besar tadi Andoy tertabrak
dan tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh
Andoy yang sudah tak bernyawa.
Sedih...Saat itu entah darimana munculnya tiba-tiba datang
seorang pria berjubah putih dengan wajah yang lembut namun penuh dengan air
mata, ia memeluk tubuh Andoy dan menangis.
Orang-orangpun heran, mereka penasaran lalu bertanya;
Orang-orang : " Maaf Tuan, apakah anda keluarga bocah
malang ini ? Apakah anda mengenalnya ?"
Dengan hati yang berduka ia segera berdiri dan berkata :
"Anak ini namanya Andoy, Dia adalah sahabatku."
Lalu diambilnya bungkusan hadiah dari dalam baju Andoy dan
menaruh didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh Andoy. Kerumunan
orang tersebut semakin penasaran...
Malam itu, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh
mengejutkan. Dia berkunjung ke rumah Andoy. Ketika Pdt. Agaton bertemu dengan
orangtua Andoy ia bertanya; "Bagaimana anda mengetahui putera anda
meninggal ?" Ibu Andoy menjawab sambil menghapus airmatanya: "Seorang
pria berjubah putih yang membawanya kemari." Pdt. Agaton bertanya lagi:
"Apa katanya ?"
"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat
berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sedih, sepertinya Dia
mengenal Andoy dengan baik. Tetapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk
dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut.
Dia membelai rambut Andoy dan mencium keningnya kemudian Dia membisikkan
sesuatu" Jawab ayah Andoy.
Pdt.Agaton ; "Apa yang dikatakannya ?"
Ayah Andoy menjawab; " Dia berkata Terima kasih buat
kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu.engkau akan bersamaku." Dan
sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa begitu
indah.. aku menangis karena bahagia .. aku tidak dapat menjelaskannya, ketika
Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, Aku tahu
puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi Pak Pendeta tolonglah katakan
siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu?
anda pasti mengenalnya karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali
hari ini saat puteraku meninggal¡¨
Tiba-tiba air mata Pendeta Agaton menetes dipipinya, dengan
lutut gemetar Pdt. Agaton berbisik, "Dia tidak berbicara dengan
siapa-siapa.. kecuali dengan Tuhan Yesus."
Tahukah anda dimana Andoy berada sekarang? Ya ia berada di
sorga bersama Tuhan Yesus. Inginkah kita sekalian juga... berada di sorga nanti
? Ya kita semua menginginkannya.
Andoy memiliki hati yang selalu bersyukur. Walaupun situasi hidup
yang dialaminya sulit tetapi ia selalu bergembira karena ia tahu Tuhan Yesus
sahabatnya selalu mengasihi dia. Melalui peristiwa tabrakan tadi Tuhan Yesus
datang menjemputnya ke sorga.
Jumat, 01 Januari 2016
Makes Your Future Different
Terpaksa pindah
Suatu sore bisa yang sedang aku tumpangi mendadak berhenti
di tengah jalan. Dalam sekejap para penumpang langsung berebutan turun dari
bisa dan menaiki bis lainnya. Ternyata kami ditransfer ke bis lain karena
beberapa masalah teknis. Padahal saat itu aku udah dapet tempat duduk yang
enak. Tinggal duduk diam sampai akhirnya sampat ke tempat tujuan. “Penransferan”
itu bener-bener menggangu kenyamanan. Nah, apakah kamu pernah mengalami titik
dalam hidupmu ketika kamu harus tiba-tiba berpindah dari satu fase ke fase
berikutnya? Apa yang kamu rasain? Pastinya kita bakal merasa ngga biasa karena
mungkin kita udah ngerasa terlalu enak di “zona nyaman” kita. Karenanya saat
kita harus mengalami masa transisi ini, mungkin kita bahkan udah ngebayangin
yang enggak-enggak, soal apa yang bakal terjadi di fase berikutnya yang mungkin
bakal nggak mengenakkan.
Pada saat ingin berpindah bis, aku sudah tahu kalo di bisa
berikutnya pasti berdesak-desakan karena jumlah penumpang jadi dobel. Dan bener
aja, aku dan kebanyakan penumpang lainnya terpaksa berdiri. Apa yang terjadi
berikutnya? Kami ditagihin ongkos bis yang kami tumpangi yang lebih mahal dari
ongkos bis sebelumnya, padahal pihak bislah yang berinisiatif untuk memindahkan
kami. Ditambah lagi kami ngga bisa nikmati fasilitas tempat duduk yang ada. Nah,
begitu juga dengan kehidupan kita. Terkadang kita dituntun untuk melewati fase
yang ngga sesuai dengan apa yang kita harapkan, fase dimana kita harus membayar
harga lebih.
Tapi aku percaya bahwa di setiap fase kehidupan yang kita
jalani, ada rencana Tuhan yang indah yang akan membawa kita menuju tujuan yang
dirancangkan-Nya sejak pertama ia membentuk kita. Bukankah aku pun, walau
sempat pindah bis dan akhirnya ngerasa ngga nyaman, tapi juga akhirnya sampai
di tujuan? Yang perlu aku lakukan Cuma sabar menghadapi prosesnya, yang kadang memang tidak
enak. Oleh karena itu, yuk dare to move and face the move, senyaman apapun kita
sekarang dan seberat apapun tantangan yang sedang ada di depan kita. Lagian,
memang ada saatnya kita harus berani maju, berpindah dan menghadapi tantangan
yang lebih berat, demi kemajuan masa depan kita! Pertanyaannya, kamu mau
nggak?? *Bonnie
Langganan:
Postingan (Atom)